Page 32 - Terdampar di Renah Majunto
P. 32
”Kamu benar. Apa yang baru saja kamu katakan memang
benar. Mungkin pengetahuanmu memang lebih banyak dariku.”
Katanya kemudian, “Namun aku berpesan agar kamu
jangan berbicara sembarangan mengenai pengetahuanmu itu,
ya?”
“Baik, Makzu,” kata Riri sambil tersenyum simpul. Ia
memang tidak bisa menceritakan apa saja yang diketahuinya
dari buku sejarah atau pelajaran sejarah dari guru sejarahnya
di sekolah. Jika ia bercerita terlalu banyak, bisa saja mereka
menyebut Riri pembohong karena ia masih anak kecil yang belum
tentu bisa dipercaya. Ia sadar betul mengenai hal itu.
Setelah beberapa saat terdiam, Makzu berkata, “Coba
kamu ceritakan lagi mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya.”
Makzu sudah menganggap Riri seperti peramal.
“Panglima Juwad memiliki seorang istri bernama Puti Mas
Urai, Makzu. Ia seorang wanita yang gigih, sama seperti Cut Nyak
Dien dari Aceh,” kata Riri setelah berpikir beberapa saat.
“Benar, Nak. Istri Panglima Juwad kami panggil dengan
nama Urai. Aku dan Urai sama-sama berjuang membantu Depati
Parbo mempertahankan daerah Kerinci kita ini dari Belanda.”
Riri tidak mau banyak bercerita mengenai kejadian-
kejadian selanjutnya bahkan ketika Makzu bertanya. Orang
beranggapan tempat pengungsian ini letaknya terpencil di tengah
hutan,sehingga Belanda tidak akan mencapai tempat ini dengan
mudah. Oleh karena itu, mereka memperkirakan bahwa mereka
aman di tempat ini. Sementara Riri tidak yakin dengan hal tersebut.
27