Page 33 - Terdampar di Renah Majunto
P. 33

“Apakah kamu pernah melihat Urai?” tanya Makzu.


                    “Belum  pernah,  Makzu.  Aku belum  pernah  bertemu
            ataupun melihatnya,” jawab Riri singkat.

                    “Tahukah kamu kalau Urai itu adalah seorang wanita yang
            memiliki tekad sekuat baja?”


                    “Aku tahu  mengenai Urai yang  bertekad sekuat  baja,
            Makzu.  Ia membabi  buta  melawan Belanda,  membalas dendam
            kepada  Belanda  atas  kematian  Panglima  Juwad.    Namun,  pada
            akhirnya ….”

                    “Tunggu dulu sebentar!”Makzu memotong kata-kata Riri
            dengan  nada  marah. Riri membungkam  mulutnya  sendiri  yang
            ceroboh. Ia sudah berjanji tadi kepada dirinya sendiri tidak akan
            berkata apa-apa lagi.

                    “Apa maksud kata-katamu itu? Kamu jangan sembarangan.
            Apa kamu meramalkan sesuatu yang belum tentu akan terjadi?”


                    “Iya, Makzu. Aku tahu benar bahwa hal itu akan terjadi,”
            kata Riri sambil meringis.

                    “Kamu tahu kalau Juwad akan mati ketika berperang?”

                    “Benar. Ia akan gugur di medan perang tak lama setelah

            ini. Ia gugur dengan gagah berani sebagai pahlawan, Makzu.”
            Makzu menggeleng-gelengkan kepalanya.

                    “Aku tidak  percaya  ini,”  katanya.  “Mulai  sekarang  tutup
            mulutmu!”




                                         28
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38