Page 35 - Terdampar di Renah Majunto
P. 35
“Makzu, Depati Parbo akan mengadakan rapat di Renah
Manjuto bersama seluruh panglima perangnya. Rapat itu sendiri
akan membahas strategi pertahanan untuk mempertahankan
daerah Kerinci dari jangkauan Belanda, Makzu.” Makzu tercengang
mendengar jawaban Riri.
“Kamu benar, Riri. Nanti malam memang akan diadakan
rapat seperti yang kamu katakan tadi. Namun, rapat ini hanya
khusus untuk pimpinan pejuang saja termasuk Urai dan aku,” kata
Makzu.
“Beberapa kali selama bersamamu, aku sempat curiga
kepadamu. Bisa saja kamu adalah mata-mata Belanda seperti yang
dituduhkan oleh orang-orang desa kepadamu semalam, bukan?
Namun aku bertaruh bahwa kamu bukanlah seorang mata-mata.”
“Benar Makzu, aku bukanlah mata-mata Belanda,” tukas
Riri sengit.
Setelah percakapannya dengan Makzu siang itu, Riri
memohon izin untuk pergi bermain. Ia pergi keluar dari kompleks
pengungsian itu untuk berkeliling di sekitar kompleks. Seperti
yang telah diperkirakannya, pengungsian tersebut terletak di
bagian terbuka. Tak jauh dari pengungsian adalah hutan lebat
dengan tumbuhan khas hutan hujan tropis. Pohon-pohon besar
hingga ditumbuhi lumut. Diameter pohon itu tidak dapat lagi
dipeluk Riri. Permukaan tanah hutan banyak ditumbuhi perdu
seperti pakis. Bau lumut dan tanah yang lembab akibat hujan
semalam menyengat hidung Riri. Udara di dalam hutan tersebut
terasa sejuk dan bersih yang membuat pikirannya jernih.
30