Page 37 - Terdampar di Renah Majunto
P. 37

Ia sangat marah ketika ia mengenali wajah penculiknya.

            Seperti yang ia duga,  penculiknya adalah laki-laki yang sama yang
            dilihatnya di hutan kemarin siang, juga laki-laki yang sama yang
            menuduhnya sebagai mata-mata Belanda di hadapan penduduk
            desa tadi malam.

                    Riri  mengamati  baik-baik  wajah  beringas laki-laki
            pengkhianat itu. Mata laki-laki itu kelihatan puas ketika melihat
            hasil kerjanya. Ia akan segera melenyapkan Riri.

                    “Jangan  salahkan  aku,  Nak.  Kamu  berada  di tempat
            dan waktu  yang salah.  Tidak seharusnya kamu  menguping
            pembicaraanku kemarin siang.”


                    “Saya tidak menguping! Lepaskan saya!” Riri  berkata
            dengan geram.

                    “Huh! Jelas-jelas kamu  menguping!”  bentak  laki-laki
            itu.  “Apa  yang  kamu  dengar?  Informasi  apa  yang  kamu  miliki?
            Mengapa kamu dekat dengan Makzu?” Riri diam saja mengamati
            laki-laki tersebut. Ia tidak akan berkata apa-apa. Demikian putus

            Riri dalam hati.

                    “Apa yang sudah  kamu katakan kepada Makzu,  Nak?”
            katanya lagi dengan nada merayu yang membuat Riri muak.

                    “Tolong lepaskan saya. Saya tidak  tahu  apa-apa,” kata
            Riri cepat-cepat  ketika  dilihatnya  laki-laki  itu  merogoh-rogoh
            kantung celana komprangnya. Riri takut jika sampai laki-laki ini
            mengeluarkan senjata tajam. Ketika laki-laki itu agak membungkuk
            dari posisinya berjongkok, Riri menendang lutut  laki-laki  itu
            sekuat tenaga hingga laki-laki itu jatuh terjengkang.


                                         32
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42