Page 38 - Terdampar di Renah Majunto
P. 38
Riri mendengar umpatan-umpatan yang membuat kupingnya
memerah malu.
Riri pun berteriak sekuat tenaga, “Tolong! Tolong!”
Teriakan Riri mengagetkan kawanan burung yang ada di dareah itu
hingga burung-burung itu beterbangan karena panik. Riri bangkit
dengan cepat dan berusaha untuk lari. Namun, pergelangan
kakinya yang terikat hanya membuatnya bisa melompat dan tidak
bisa lari secepat kemauannya.
Laki-laki itu berhasil menangkapnya. Riri jatuh
terjerembab ketika tangan laki-laki itu mendorong punggungnya
ke tanah.
“Kalau saja kamu tidak ada, rahasiaku akan aman. Aku
tidak akan perlu khawatir untuk yang kedua kalinya. Aku sudah
berusaha maksimal. Mereka menjanjikan tanah dan kedudukan
yang baik jika aku berhasil membantu menumpas pemberontakan
rakyat daerah Kerinci ini,” katanya keras-keras.
“Huh, rakyat Kerinci menyebutnya perjuangan. Sudah jelas-
jelas Belanda jauh lebih kuat. Buat apa melawan? Justru mereka
malah akan dihadiahi hukuman mati jika sampai tertangkap oleh
Belanda karena dianggap memberontak. Bodohnya.” Laki-laki itu
masih bercerita tentang segala pengkhianatan yang dilakukannya
terhadap rakyat Kerinci dengan bangga. Ia yakin gadis kecil ini
tidak akan selamat jika ia ditinggalkan sendirian di tengah hutan
belantara.
33