Page 41 - Terdampar di Renah Majunto
P. 41

“Makzu, ada seorang pengkhianat di antara para pejuang.

            Ialah  yang  telah  menculikku. Ia  menculikku karena tahu  aku
            menyaksikannya  berbicara  dengan  orang  Belanda  di hutan
            dekat  desa  kemarin siang. Ia  adalah  orang  yang  sama  yang
            menuduhku sebagai mata-mata  Belanda  tadi malam,” kata  Riri
            yang mulai berbicara dengan cepat dan hampir tak terkendali. Ia
            menyampaikan apa saja yang telah terjadi dan menceritakan apa
            saja yang telah diceritakan oleh penculiknya kepada Makzu dan
            regu pencari yang mencarinya.

                    Riri melihat berbagai emosi yang terlintas di wajah Makzu
            dan orang-orang yang dibawanya. Di antara mereka ada seorang
            lelaki yang tidak banyak berbicara, tetapi tampak berpikir keras.
            Raut marah dan kesal lebih  dominan  terlintas di  wajah orang-

            orang itu. Laki-laki bertubuh tinggi yang sejak tadi hanya diam
            memperhatikan ia bercerita  terlihat  sangat  murka. Riri  tidak
            akan mau berurusan dengan laki-laki  itu, apalagi  kalau sampai
            membuatnya marah. Riri merasa takut kepadanya.

                    “Riri, ini adalah  Panglima  Juwad,”  kata  Makzu  dengan
            lembut. “Jangan takut kepadanya. Ia adalah seorang laki-laki yang
            baik.”

                    “Maafkan aku kalau aku menakutkan bagimu, Nak,” kata
            Panglima Juwad dengan lembut sembari berlutut di hadapan Riri.
            Senyum di wajahnya membuat banyak sekali perbedaan pada raut

            wajahnya yang menakutkan. Ia terlihat seperti orang yang jarang
            tersenyum dan selalu serius.







                                         36
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46