Page 46 - Terdampar di Renah Majunto
P. 46

“Tanah di bumi tempat kita tinggal ini sangatlah subur. Mau

            menanam apa pun pasti akan membuahkan hasil. Itulah sebabnya
            mengapa Belanda ingin menguasai tanah-tanah di negeri kita ini.
            Oleh  karena  itu,  Saudara-Saudaraku,  kita  tidak  akan  menyerah
            kepada Belanda. Kita akan tetap melawan mereka. Kita akan tetap
            mempertahankan  wilayah Kerinci  kita  tercinta  ini sampai  titik
            darah penghabisan. Apakah semua setuju?” lanjut Depati Parbo
            dengan berapi-api.

                    Seluruh penjuru ruangan bergetar dengan teriakan
            bersemangat  tanda  persetujuan mereka pada kata-kata  Depati
            Parbo. Riri merasa merinding mendengar dan melihat semangat
            para pejuang bangsa ini.


                    Depati Parbo  merasa  lega  karena  semua pemuda  yang
            hadir setuju dengannya. Ia memandang ke arah Panglima Juwad.

                    “Apakah ada hal yang ingin engkau sampaikan, Panglima
            Juwad?” Panglima Juwad memandang seluruh isi ruangan dengan
            tajam. Ia duduk bersila dan terlihat bersemangat.


                     Namun, ia menggelengkan kepalanya menolak berbicara.
            “Tidak, Tuan Depati, aku merasa semua orang sudah paham semua
            ini. Jadi, tidak ada lagi yang perlu kutambahkan,” katanya setelah
            beberapa saat.

                    “Baiklah  kalau  begitu.  Demi perjuangan kita  membela
            bangsa  ini, membela  tanah  Kerinci  ini, Renah Manjuto ini akan
            kita jadikan sebagai pusat perjuangan kita. Segala strategi akan
            kita atur di sini,” kata Depati Parbo.





                                         41
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51