Page 48 - Terdampar di Renah Majunto
P. 48
Jangan sampai Belanda mencium gerak-gerikmu. Aku
tahu kamu sangat pintar mengatur strategi. Belanda akan
kewalahan dengan semua taktik perjuanganmu di sana,” kata
Depati Parbo sambil tersenyum memuji keberhasilan pemuda itu
dalam mengatur strategi perlawanan di beberapa pertempuran
sebelumnya. Depati Parbo berharap pemuda ini akan menjadi
pemimpin yang baik seperti halnya Panglima Juwad.
“Baik, Tuan Depati,” katanya menanggapi pujian Depati
Parbo dengan tenang dan rendah hati.
“Kamu Rizal, pergilah kamu memimpin dan mengatur
barisan pertahanan kita di daerah Kerinci Hilir. Jangan kamu
lupakan orang-orang kita di daerah Danau Kerinci, Tamiai,
Terutung, dan Pulau Sangkar. Atur barisan dan bekerja samalah
dengan baik.
Aku tahu kamu sering tidak sabar, tetapi aku percaya
kamu akan bisa melakukannya dengan baik,” kata Depati Parbo
kepada seorang pemuda bermata jenaka, berhidung pesek, dan
bermulut lebar yang selalu tersenyum penuh semangat.
Sifat tidak sabarnya memang selalu menjadi penghalang
keberhasilannya, tetapi Depati Parbo tahu suatu saat ia akan
menjadi pemimpin yang baik yang akan dihormati oleh teman-
teman seperjuangannya.
“Baiklah!” kata Rizal sambil mengangguk-anggukan kepala
penuh semangat.
“Bagus,” kata Depati Parbo yang puas mendengar
kesanggupan Rizal.
43