Page 51 - Terdampar di Renah Majunto
P. 51

Suara tembakan yang memekakkan telinga terdengar

            pagi itu, tiga hari setelah rapat di Renah Manjuto. Para pejuang
            berlarian ke dalam hutan dan bersembunyi di balik pohon-pohon
            besar yang  dapat  melindungi mereka  dari serangan serdadu
            Belanda.  Riri mengekor tepat  di belakang  Makzu.  Rakyat  yang
            bersenjatakan pedang, keris,  serta senapan hasil rampasan
            perang dengan Belanda mulai keluar dari tempat persembunyian
            dan mengurung tentara Belanda.  Pertempuran jarak  dekat  pun
            tak  dapat  dielakkan lagi.  Pertumpahan  darah terjadi  di mana-
            mana. Rakyat Renah  Manjuto di bawah pimpinan Panglima Juwad
            berjuang mati-matian mempertahankan Renah Manjuto.

                    Pertempuran itu  terjadi  selama  beberapa  hari. Belanda
            terus-menerus  mendapatkan pasukan bantuan  dari  Muko-

            Muko. Namun, para pemuda tidak patah semangat menghadapi
            pertempuran itu. Dengan memanfaatkan hutan dan alam Kerinci
            yang  masih liar, para pejuang  berhasil menghalau  serdadu
            Belanda. Suara dentuman meriam, sabetan pedang, dan desingan
            peluru mewarnai pertempuran tersebut.

                    Pasukan Belanda yang terus mendapat bantuan dari Muko-
            Muko tak  henti-henti berdatangan sehingga membuat  pasukan
            Depati Parbo dan Panglima Juwad akhirnya kewalahan. Satu per
            satu pejuang  yang berjuang dengan gigih  dan gagah berani itu
            gugur di medan perang.


                    Riri merasa ada yang terlewatkan. Ia berlari menyelamatkan
            diri di balik batu besar dari terjangan peluru. Namun, ia terus-
            menerus berlari tanpa memperhatikan arah sehingga ia terjatuh
            ke jurang.



                                         46
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56