Page 9 - Terdampar di Renah Majunto
P. 9
Penampilan Riri sendiri pun mungkin aneh di mata
mereka. Riri mengenakan celana kargo berwarna coklat tua dan
kaos katun biasa berwarna kuning bertuliskan “Rimba Boy” yang
merupakan oleh-oleh dari salah seorang sepupunya yang berasal
dari Jambi. Rambut Riri dipotong pendek seminggu yang lalu,
seperti potongan rambut anak laki-laki. Ia berperawakan mungil.
“Mengapa pakaianmu seperti itu?”
“Siapa namamu?”
“Mengapa kamu ada di hutan tempat kami bermain?”
“Apa yang sedang kamu lakukan di sini?”
Itu adalah pertanyaan yang diucapkan oleh anak-anak itu secara
bertubi-tubi hingga Riri bingung harus mulai bicara dari mana.
Riri mengangkat tangan kanannya ke atas seperti ketika ingin
bertanya seperti di sekolah.
“Sebentar,” katanya tegas. “Saya akan menjawab
pertanyaan kalian satu per satu. Namun, di mana saya? Mengapa
kalian berpakaian seperti itu? Apa yang kalian lakukan di sini?
Mengapa saya bisa ada di sini? Mengapa …?” sambung Riri tak
kalah banyak bertanya.
Anak laki-laki yang perawakan badannya paling tinggi,
berhidung pesek, berbibir tebal, dan bermata sipit maju mewakili
teman-temannya. Sepertinya ia yang paling tua di antara mereka.
“Saya Ridwan,” katanya. Suaranya berat dan dalam, tanda ia mulai
4