Page 10 - Cerita Terjadinya Kampung Tablanusu
P. 10

”Baiklah,” jawab sang pemimpin rombongan. Para
            pengembara ini pun menepi ke sebuah kampung indah
            permai bernama Kampung Nafri.
                 ”Mace, keluarkan kitong pu perbekalan sudah. Ko

            taroh di atas para-para itu. Kitong akan istirahat sejenak
            dan  makan  siang,”  kata  sang  pemimpin  rombongan.
            Bekal dikeluarkan. Ada bete (talas),  betatas (ubi jalar),
            papeda  (bubur  sagu),  dan  ikan  kuri.  Setelah  mencuci

            tangan  dengan  air  laut,  mereka  berdoa.  Mereka  lalu
            menikmati makan siang ditemani deburan ombak Pantai
            Nafri.
                 Mereka makan dengan lahap. Papeda yang terbuat

            dari  tepung sagu  tersebut  dalam  sekejap  ludes tak
            tersisa.
                 ”Mace ko pu (kamu punya) masakan enak sampee,
            ini papeda apakah?” tanya sang pemimpin rombongan.

                 ”Oh, itu dari sagu tokokan terakhir. Waktu itu di
            hutan ada jenis sagu merah yang terkenal sangat enak
            untuk dibuat papeda. Kitong (kita) tokok itu sagu dan
            kitong    (kita)  jadikan  bekal.  Tambah  sudah.  Itu  ikan

            kurinya masih banyak.”
                 ”Sa su (saya sudah) kenyang. Kalau kitong makan
            kekenyangan juga tidak baik. Sesuatu yang berlebihan
            pasti  berakibat  buruk.  Sa  pu  (saya  punya)  orang  tua

            pernah bilang untuk menyisakan ruang untuk udara dan
            air di dalam perut ketika kita makan. Sepertiga untuk





                                          4
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15