Page 18 - Cerita Terjadinya Kampung Tablanusu
P. 18
Setiap hari ia mengitari Lembah Buper. Sisi-sisi
lembah, ngarai, dan sungai telah ia susuri. Penjelajahan
dimulai dari matahari pagi menyingsing hingga matahari
terbenam. Berbagai macam flora dan fauna ia temui
di perjalanan. Burung cenderawasih yang mendapat
julukan burung surga sedang bertengger pada sebuah
ranting. Bulu cenderawasih jantan sangat indah
laksana bidadari yang turun dari kayangan. Ia sedang
memamerkan keindahan bulunya sambil meliuk-liukkan
badan di ranting itu. Gerakan menari tersebut diselingi
dengan nyanyian yang ia keluarkan dari paruhnya
yang berbentuk bulan sabit. Siriwari Wai terpesona.
Sejenak ia menghentikan langkahnya dan menikmati
pemandangan tersebut.
Ketika sedang asyik menikmati keindahan tarian
cenderawasih ia dikejutkan dengan sebuah gerakan di
antara semak pohon pakis.
”Apa itu?” katanya.
Ia segera menuju ke semak-semak itu. Ia mengikuti
bekas tapak-tapak yang ditinggalkan binatang tersebut.
Ternyata tapak-tapak itu berakhir pada sebuah gua.
Mengendap-endap ia memasuki gua yang gelap. Hanya
sedikit sekali cahaya matahari yang berhasil menerobos
masuk ke gua. Beberapa kelelawar kaget dan terbang.
Lelaki dari Negeri Matahari Terbit (Papua New Guini)
12