Page 19 - Cerita Terjadinya Kampung Tablanusu
P. 19

itu  akhirnya  menemukan  binatang  tersebut.  Dengan
            bantuan sinar matahari yang menerobos ke dalam gua
            ia dapat melihatnya. Ekornya panjang. Ia berkaki empat
            dan  berkuku  tajam.  Sepintas  ia  mirip  kadal  raksasa.

            Badannya kasar dan berbintik-bintik.
                 ”Oh, rupanya ia sedang mencari mangsa. Kelelawar-
            kelelawar ini cukup menyediakan makanan baginya.”
                 Siriwari  Wai  segera  meninggalkan  gua.  Begitu

            keluar dari gua ia mengambil napas dalam-dalam.
                 ”Akhirnya  aku  dapat bernapas  dengan  lega
            kembali.”
                 Ketika  perjalanan  hendak dilanjutkan  kembali, di

            depan  mulut  gua  ia  mendapati  kuskus yang  berjalan
            sangat  lambat.  Binatang  berkantung  ini  termasuk
            keluarga  marsupiali.  Ia  berhenti  pada  sebuah  cabang
            pohon yang kuat dan mengaitkan ekornya pada cabang

            tersebut sehingga badannya menggantung. Sang kuskus
            akan tidur karena ia termasuk binatang malam.
                 Matahari bersinar cerah. Hari telah beranjak siang.
            Siriwari  Wai  merasa  lapar.  Setiap  kali  merasa  lapar,

            dengan mudah ia akan mendapatkan ikan gastor di kali.
            Kelapa yang tumbuh subur di sepanjang lembah ini telah
            menyediakan  air  kelapa  yang  segar  jika  ia  kehausan,
            tetapi ia merasa kurang karena lembah ini terlalu sunyi.

                 ”Lembah ini sangat indah dan subur, tetapi mengapa
            aku merasa ada yang kurang. Apa ya?” gumamnya.





                                         13
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24