Page 22 - Cerita Terjadinya Kampung Tablanusu
P. 22

tersebut  tongkat  mulai  tenang.  Langit  cerah  dan
            suasana kembali normal.
                 Siriwari  Wai  mengucap  syukur  kepada  Yang
            Mahakuasa  karena  dapat  melalui  semua  ini.  Ia

            memandang hamparan bukit karang di tepi laut.
                 ”Aku  harus  meratakan  tempat  ini  agar  nyaman
            untuk ditinggali. Tempat ini harus ditimbun,” katanya.
                 Sejenak  ia  membaca  mantra  untuk  menggunakan

            yaumau po. Tongkat yang ada di dalam genggamannya
            bergetar dengan hebat. Segera ia mengangkat tongkat
            itu dan menghujamkannya ke dalam tanah. Keajaiban
            pun  terjadi.  Bongkahan  batu  karang  itu  tiba-tiba

            berguguran mengisi celah-celah yang masih terisi air.
            Tongkat sakti yang ada dalam genggaman Siriwari Wai
            terlepas. Ia melesat tinggi ke udara.
                 Lelaki perkasa ini merasa takjub. Ia masih menunggu

            apa yang akan terjadi. Sejenak kemudian, sang tongkat
            turun  lagi.  Kini  ia  menumbuk  bongkahan-bongkahan
            batu karang tersebut. Pekerjaan ini ia lakukan dengan
            cepat  sehingga  hanya  perlu  waktu  sejenak  untuk

            menumbuk dan meratakan batu-batu karang ini.
                 ”Tempat ini telah tertimbun. Aku tinggal merapikan
            saja.    Untuk sementara  waktu  aku  akan  beristirahat
            dahulu. Esok atau lusa aku akan lanjutkan kembali.”

                 Demikianlah      kegigihan    Siriwari    Wai     dalam
            mewujudkan        cita-citanya.    Untuk     menghilangkan





                                         16
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27