Page 25 - Cerita Terjadinya Kampung Tablanusu
P. 25

”Bersatulah kita semua.
                 Laki-laki, perempuan, tua, dan muda.
                 Bergembiralah kita selalu.
                 Persatuan dan kegembiraan
                 Memberi kekuatan
                 Untuk selama-lamanya
                 Untuk selama-lamanya.
                 Untuk selama-lamanya.
                 Untuk selama-lamanya.”

                 Begitu dalam ia menghayati yepi yang ia dendangkan.
            Kemerduan  dan  keindahan  suaranya  telah  membius
            alam  dan  jagad  raya.  Manusia,  binatang,  tumbuhan,

            bahkan  makhluk  yang  tidak  kasatmata  pun  terhanyut
            olehnya.
                 Ikan-ikan  di lautan  berhenti  berenang.  Buaya-
            buaya keluar dari sarangnya. Burung-burung berhenti
            berkicau.  Ombak  di  lautan  kembali  tenang.  Angin

            terbuai  dan  berhenti  berhembus.  Binatang-binatang
            melata menghentikan langkahnya. Salah satu binatang
            melata yang mendekat ke Siriwari Wai karena terbius

            oleh kemerduan dan keindahan lantunan suara Siriwari
            Wai adalah pelong si biawak hijau.
                   Pohon  matoa  raksasa  yang  ada  di  sebelahnya
            terayun-ayun daunnya karena tiupan angin laut.  Ia tidak
            menyadari keadaan di sekelilingnya. Kerimbunan pohon

            matoa yang melindunginya dari sengatan matahari dan
            semilir  angin  yang  berhembus  membuatnya  semakin






                                         19
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30