Page 32 - Cerita Terjadinya Kampung Tablanusu
P. 32

menandakan bahwa ia adalah wanita mulia.
                 Setelah tersadar dari ketakjubannya, Siriwari Wai
            pun menjawab,  ”Aku menerimamu sebagai pendamping
            hidupku.  Aku  berjanji  untuk  selalu  menyayangi  dan

            menjagamu sampai akhir hayatku. Karena engkau telah
            menyempurnakan  hidupku  sebagai  laki-laki,  akan  aku
            sempurnakan pula engkau sebagai perempuan. Aku akan
            menjanjikan ketenangan dan kemuliaan hidup untukmu.

            Akan aku berikan tanggung jawab terbaikku kepadamu.
            Mulai saat ini engkau pakaian bagiku dan aku pakaian
            bagimu. Engkau berkewajiban menutup aibku dan aku
            berkewajiban untuk menutup aibmu.”

                 Siriwari  Wai  segera  duduk  berdoa  memohon
            kekuatan  dan  izin  dari  Tuhan  untuk  melangsungkan
            pernikahan.  Seusai  berdoa  ia  mengambil  sebuah  kulit
            kerang dan menyerahkannya kepada Mapandemen.

                 ”Ini terimalah. Simpanlah ini baik-baik,” katanya.
                 ”Terima  kasih.  Akan  aku  jaga  benda  ini  layaknya
            aku  menjaga  kesucian  hatiku  untukmu,”  jawab
            Mapandemen.

                 Mapandemen menerima kulit kerang tersebut dan
            memasukkannya ke dalam noken. Selang beberapa saat
            kemudian, Siriwari Wai melantunkan yepi.
                 Mula-mula lantunannya terdengar samar dan pelan.

            Kemudian,  lantunan  itu  berangsur-angsur  mengeras.
            Pada  puncaknya  lantunan  yepi  sanggup  membelah





                                         26
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37