Page 36 - Cerita Terjadinya Kampung Tablanusu
P. 36

menjadi hening. Dalam keheningan tersebut, tiba-tiba
            timbul suatu pemikiran dari Mandepamen yang hendak
            ia utarakan kepada suaminya. Mapandemen berkata.
                 ”Sepanjang  hidup,  kita  berdua  hanya  mendengar

            suara burung dan binatang melata lainnya. Kita tidak
            pernah mendengar suara manusia seperti kita berdua.”
                 Mendengar  ucapan  istrinya  ini  Siriwari  Wai
            tersenyum dan bertanya kepada istrinya.

                 ”Apakah  engkau  ingin  mendengar  suara  orang?”
            tanya  Siriwari  Wai  kepada  istrinya.  ”Kalau  engkau
            ingin  mendengar  suara  orang,  akan  aku  tunjukkan
            padamu suatu hari nanti. Tunggulah dan bersabarlah!”

            jawabnya.
                 ”Karena  hari  sudah  larut  malam,  mari  kita
            beristirahat agar kita bisa bangun pagi dan menghirup
            udara segar,” ajak Siriwari Wai kepada istrinya.

                 Pada malam  hari  keadaan  sangat  sunyi.  Yang
            terdengar      hanyalah     suara     jengkerik    memecah
            kebisuan  malam.  Malam itu  Siriwari  Wai  tidak dapat
            memejamkan  matanya.  Ia  teringat  akan  permintaan

            sang  istri.  Sebagai  lelaki  yang  bertanggung  jawab  ia
            akan  senantiasa memenuhi janji-janjinya. Apalagi  kali
            ini janji yang ia katakan kepada sang istri yang sangat
            ia cintai.

                 Ketika  dilihatnya  sang  istri  telah  terlelap  dalam
            tidurnya, ia keluar dari rumahnya.





                                         30
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41