Page 37 - Cerita Terjadinya Kampung Tablanusu
P. 37

”Malam ini aku akan memanggil orang-orang dari
            negeri jauh untuk datang ke kampung ini,” katanya.
                 Dikeluarkannya  satu  warisan  sakti  dari  nenek
            moyangnya yang selama ini belum pernah ia pergunakan.

            Alat itu bernama ongkoi, sebuah wadah yang dibuat dari
            pohon palem untuk menimbah air. Siriwari Wai menjaga
            alat  ini  dengan  baik  sehingga  masih  utuh  dan  bersih.
            Jalinan daun palem dianyam dengan rapi. Usianya yang

            telah tua terlihat dari warnanya yang cokelat kehitaman.
                 Keheningan  malam  membantu  lelaki  perkasa  ini
            untuk  berkonsentrasi  membaca  mantra.  Ia  berjalan
            ke  arah  batu  besar  yang  terdapat  di  pinggir  pantai.

            Permukaannya  yang  datar  memungkinkannya  untuk
            duduk bersila. Kedua tangannya ia letakkan pada lutut.
            Sikap badan tegak.
                 Ia    mulai     mengambil       napas     dalam-dalam

            memasukkannya  ke perut  dan  menahannya  beberapa
            saat.  Perlahan-lahan  ia  keluarkan  kembali  udara  dari
            rongga dada secara teratur. Matanya terpejam. Irama
            napasnya mulai bersatu dengan detak alam. Keheningan

            berubah mistis. Tangannya kini bergetar hebat.
                 Tanpa ia sadari kini ia berdiri dan berjalan menuju
            pantai.  Di  tangan  kirinya  menjinjing  ongkoi, benda
            pusaka  itu.  Mulutnya  komat-kamit  dengan  bahasa

            magis.







                                         31
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42