Page 38 - Cerita Terjadinya Kampung Tablanusu
P. 38

Kini  ia  sudah  berdiri  di tepi  pantai  dan  mulai
            mengucap mantra.
                 ”Ongkoi  si  pusaka  penampung  air.  Engkau  mewa-
            dahi. Wadahilah kampung ini dengan keriuhan manusia.

            Kirimkan  pesan  kepada  orang-orang  dari  negeri  jauh
            untuk singgah di kampung ini dengan seizin Penguasa
            Jagat Raya.”
                 Seusai mengucapkan mantra ia mencelupkan ongkoi

            ke pantai, mengisinya dengan air, dan menumpahkannya
            kembali  ke  pantai.  Pada  tetes  terakhir,  air  mulai
            bergejolak.  Perlahan-lahan  air  laut  bergelombang.
            Gulung-menggulung  seperti  berkejaran.  Gelombang

            meluas ke tengah samudra dan mengirim pesan kepada
            orang-orang dari negeri jauh untuk datang ke kampung
            yang telah dibangun oleh Siriwari Wai.
                 Sejenak lelaki dari Negeri Matahari Terbit (Papua

            New Guini) itu terdiam. Kemudian, ia mengambil napas
            kembali dan mengusap mukanya. Hari telah menjelang
            pagi  dan  ia  bergegas  pulang.  Setiba  di  rumah  ia
            mendapati sang istri masih pulas dalam tidurnya.

                 Menjelang  pagi tiba-tiba  suasana  dipecah  oleh
            hiruk-pikuk suara manusia. Terdengar suara sekelompok
            orang  yang  sedang  berdayung  dengan  sebuah  perahu
            yang  bernama  siangtuwai  dari  arah  barat.  Mereka

            mendayung  dengan  tempik  sorak  dan  menyanyi  lagu
            yepi sambil menuju ke kampung yang baru dibentuk itu.





                                         32
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43