Page 50 - Cerita Terjadinya Kampung Tablanusu
P. 50

Setelah pintu gerbang menuju perut bumi terbuka,
            Siriwari  Wai  membuka  tangannya  yang  sedari  tadi
            bersedekap.  Perlahan-lahan  ia  membuka  mata.  Sang
            lelaki  perkasa  ini  segera  memasuki  pintu  yang telah

            terbuka.  Cahaya  putih  yang  sangat  menyilaukan  itu
            memancar dari lubang tersebut. Dengan sikap ksatria
            ia  memasuki perut  bumi.  Beberapa  saat  lamanya  ia
            berada di dalam perut bumi. Kemudian, ia naik lagi ke

            permukaan.  Begitu  ia  melangkah  ke  luar,  pintu  batu
            itu tertutup kembali seperti sedia kala. Lelaki sakti ini
            melangkah pulang dan akan mengabarkan kejadian ini
            pada istri dan anak angkatnya.

                 Mengetahui  usahanya  berhasil,  ia  menyampaikan
            hal tersebut kepada istri dan anak angkatnya.
                 ”Mapandemen,  Alceng  kemarilah!  Ada  hal  yang
            ingin  aku  sampaikan  kepadamu,”  kata  Siriwari  Wai

            dengan lembut.
                 ”Baiklah, suamiku,” jawab istrinya.
                 ”Kalian  berdua  dengarkanlah  baik-baik  apa  yang
            hendak aku sampaikan,” katanya

                 ”Ceritakanlah semua yang menjadi keresahan hatimu,
            suamiku. Aku akan berusaha untuk mendengarkannya
            baik-baik.  Percayalah  aku  akan  senantiasa  menuruti
            semua perintahmu,” kata Mapandemen.

                 ”Ya, Ayah, bicaralah!” sela Alceng.
                 ”Begini  istriku  dan  anakku  Alceng,  tadi  malam





                                         44
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55