Page 8 - Cerita Terjadinya Kampung Tablanusu
P. 8

gagah  berani.  Mereka  adalah  pelaut-pelaut  ulung.
            Laut  adalah  rumah  kedua  baginya.  Ketangguhan,
            keperkasaan,  dan  keberanian  orang-orang  ini  adalah
            hasil  tempaan  alam.  Perahu  semang  yang  ditumpangi

            cukup  kokoh  untuk  membawa  para  pengembara  ini
            mengarungi lautan.
                 Angin berhembus melajukan perahu mereka dengan
            lancar. Ikan-ikan di laut kaget dan berloncatan di depan

            perahu. Burung camar melayang bebas di angkasa. Lima
            puluh meter dari kapal ikan lumba-lumba berlompatan
            seolah  memberi  arah.  Para  pengembara  yang  ada
            di  dalam  perahu  merasa  takjub.  Mereka  tak henti-

            hentinya bersyukur atas nikmat ini. Tanpa disadari air
            mata meleleh mengagumi kebesaran Tuhan.
                 ”Tuhan  segala  puji  bagi  Engkau.  Dengan  memuji-
            Mu ampunilah dosa-dosa kami,” doa para pelaut dari

            Negeri Matahari Terbit ini.
                 Perahu  berjalan  dengan  lancar.  Tidak  terasa
            hari  telah  beranjak  siang.  Orang-orang  ini  pun  harus
            beristirahat.

                 ”Pace (Pak), Mace (Bu), sebentar Kitong (Kita) masuk
            Kampung Nafri,”  kata sang pemimpin rombongan.
                 ”Matahari  su persis  ada  di  kitong pu ubun-ubun.
            Bagaimana  kalu  kitong  istirahat  sebentar,” usul

            seseorang di antara mereka.







                                          2
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13