Page 34 - Sulteng-Tiga Sekawan dan Posalia
P. 34
“Kita tidak punya apa-apa lagi, kawan, kita tidak
punya uang lagi dan saya pun tidak tega kalau harus
memakan ayam yang kita adu tadi,” kata Bugilepa.
“Kalau begitu, kita pulang ke rumah saja. Hari
sudah hampir malam, kita harus segera pulang,” kata
Deakutu mengingatkan.
Mereka pun lalu kembali ke rumah masing-masing.
Ada rasa kecewa dalam hati mereka karena harus
menerima kekalahan.Mereka terus berjalan beriringan
tanpa banyak bicara. Mereka sibuk dengan pikiran
masing-masing. Terlihat benar kegusaran di wajah
Deakutu.
“Ah, saya masih tidak percaya kita sudah kalah.
Padahal, ayam kita lebih besar daripada ayam milik
baginda raja,” katanya sambil memukulkan kayu yang
dipegangnya pada sebatang pohon mangga yang
terdapat di tepi jalan.
Bugilepa dan Tovasa yang mendengar ucapan
Deakutu hanya menghela napas berat.
Tidak lama kemudian mereka berjalan lagi dalam
kebisuan. Mereka kembali sibuk dengan pikiran masing-
masing. Sungguh hari yang melelahkan. Nasib mereka
ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Sudah kalah taruhan, ayam mereka pun harus dipotong.
24