Page 51 - Sulteng-Tiga Sekawan dan Posalia
P. 51

“Baik, Raja. Hamba akan memulai cerita hamba
            ini,” jawab Tovasa
                 Berceritalah  Tovasa,  “Jika  saya  menjadi  prajurit,

            saya pasti jitu dalam menembak. Begini cara memegang
            senjata. Tangan kiri di depan, tangan kanan menarik

            pelatuknya, mata mengeker.” Tovasa lalu meletakkan
            tangan kanan di depan hidung dan mulutnya lalu ia
            seolah-olah  menarik  pelatuk,  praaaang!  Begitu  ia

            menarik tangan kanannya, maka ingusnya pun jatuh di
            pahanya karena dorongan tangannya sehingga ia bisa
            melanjutkan makannya sampai habis.

                 Deakutu dan Bugilepa berkata, “Sudah selamat
            kamu  Tovasa,  tinggal  kami  berdua  menahan  gatal.”
            Keringat di kepala dan  keringat di badan seperti orang

            mandi. Gatalnya sudah tak tertahankan lagi.
                 Berkatalah Deakutu, “Wahai raja, bolehkah saya

            menyambung cerita teman saya, Tovasa?”
                 Raja menjawab, “Boleh, tetapi makanan tetap
            harus kalian habiskan.”

                 Kemudian bercerita Deakutu, “Apabila saya
            mendengar cerita Tovasa, sepertinya cerita tentang

            serdadu itu belum lengkap. Kalau orang menembak dia,
            pastilah pecah kepalanya. Menurut saya, lebih bagus





                                          41
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56