Page 26 - Sulbar-Tobara dari Bone Talondo
P. 26

masih malu-malu untuk bersinar. Pagi itu udara terasa
            dingin.  Angin  sepoi-sepoi  meniup  dedaunan.  Ketiga

            orang itu berjalan santai. Di perjalanan mereka kadang

            diam membisu, kadang-kadang mengobrol. Tak terasa

            mereka  telah  sampai  di pertigaan.  Di  pertigaan  itu

            mereka harus berpisah karena berbeda tujuan.

                 “Salamakko  lumao,  Anakku!  ‘‘selamat  jalan,

            Anakku!’  Hati-hati,  Anakku,”  kata  Pak Langi  dan  Bu

            Herda dengan serempak.

                 “Terima kasih. Selamat bekerja, Bapak, Ibu,” jawab
            Tobara Bone dengan penuh semangat. Matahari mulai

            memancarkan sinarnya. Rasa hangat mulai menyelimuti

            bumi. Tobara Bone berjalan dengan gagah.

                 Pak Langi  dan  Bu Herda  belok  ke kiri  menuju  ke

            kebun, sedangkan Tobara Bone harus belok ke kanan.

            Ia  berjalan  menuju  ke  arah  Bone.  Pak  Langi  dan  Bu

            Herda lalu bekerja di kebun seperti biasanya, menyiangi
            rumput.  Tak  terasa  rumput  pun  mulai  menumpuk.

            Keduanya  bekerja  keras.  Keringat  pun  bercucuran.







                                         19
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31